Sudah lama sekali tidak menulis di sini jadi sebaiknya mulai kembali dengan topik ringan. Kali ini gue ingin menulis tentang sepatu, benda yang setia menemani langkah kita sehari2. Kebetulan juga beberapa minggu lalu sempat membaca di koran bagaimana industri sepatu lokal hampir habis diserbu made in china.
Seperti terhadap semua benda lainnya, gue termasuk kategori penganut mazhab form follow function. Dasar pertimbangan gue selalu nilai guna benda itu, soal gaya biasanya cenderung yang cocok sama selera gue aja dan bukan karena tren, sementara merk biasanya gue gak ambil pusing.
Pikiran di atas juga berlaku dalam memilih sepatu. Sepatu kerja yang dipakai sehari-hari menurut gue harus:(1) terbuat dari kulit asli sehingga tahan lama dan semakin lama dipakai semakin ngepas di kaki, (2)modelnya klasik sehingga tidak pernah out of date, syukur2 bisa pas banget dengan model yang gue pengen (3)Solnya enak dipakai dan durable untuk dipakai jalan, ngejer bis, dan naik turun KRL đ (4)menutupi mata kaki agar gue terlindungi dari keseleo
Gue gak meragukan kemampuan merk2 seperti Clarks, Geox, atau Rockport dalam memenuhi tuntutan gue di atas. Tapi, nalar ekonomis gue belum bisa menerima harus membayar harga sedemikian untuk sepasang sepatu (at this point I want to remind all female readers to keep their rationales on buying designer’s shoes for themselves, i don’t wanna hear them). Bukankah harga premium porsinya lebih besar untuk membayar brand dan marketing? Apa tidak ada solusi ekonomis bagi sepatu ideal ?
Bayangkan betapa bersyukurnya gue ketika menemukan Doki2Waku2 Shop secara tidak sengaja di Kaskus 2 tahun lalu. Doki2Waku2 ini sebuah workshop di Bandung yang mengerjakan pesanan sepatu custom. Tadinya gue cukup skeptis karena dari nama dan sitenya sepertinya mereka fokus ke pengerjaan aksesoris cosplay. Tapi menjelang berangkat ke OZ, gue penasaran mencari sepatu dengan model yang bisa masuk ke busana formal maupun kasual. Akhirnya gue putuskan untuk mengirim gambar rinci sepasang sepatu merk Clarks yang ada di Zappos.com ke mereka lewat email. Pesan gue sederhana: kulit asli dan ikuti modelnya sedekat mungkin. Ketika sepasang sepatu itu datang ke rumah, mereka dengan sukses membuat gue kaget girang. Kulitnya asli gak perlu diragukan lagi kualitasnya, modelnya mirip sekali sampai detail2nya dengan gambar yang gue kirim, build-nya kokoh dan meyakinkan, dibuat khusus untuk gue seorang, dan yang bikin gue ngga percaya adalah harganya cuma Rp 230ribu saudara-saudara! (gambar sepatu coklat yang di kiri).
Terlanjur jatuh cinta, sepulang dari OZ gue kembali memesan sepasang sepatu untuk kerja. Kali ini yang jadi model adalah sepasang Chuck Taylor special edition, dan sekali lagi Doki2Waku2 tidak mengecewakan gue. Gue jadi bisa kerja dengan sepasang sepatu yang sangat nyaman karena atasnya kulit sementara solnya menggunakan sol converse (sepatu yang kanan). Oh ya hal lain yang gue juga salut dari mereka selain produknya adalah mereka gak cerewet banyak tanya tapi sangat komunikatif mengenai opsi improvisasi yang mereka miliki. Contoh, untuk si converse mereka sempat menanyakan apakah gue mau sol yang kualitasnya sama dengan converse atau mau yang di bawah itu. Produk top, service top…kurang apa lagi coba ?
Udah ah nanti dikira gue yang punya lagi tuh bengkel sepatu đ